“Konnichiwa…!” Hyde memasuki studio tempatnya latihan, 10 menit terlambat dari waktu yang dijanjikan.
“Hei, kau telat, Haido-chan!” sambut Tetsu, the perfectionist leader.
Hyde nyengir. “Gomenne, Tetchan. Tadi interview-nya kelamaan.”
Ken mendekat. “Emang kamu habis dari mana sih?”
“Ung…” Hyde mundur sambil merapatkan kerah jaketnya. “Dari kantornya R & R Newsmaker…”
“Apa di sana dingin?” Ken makin maju, merasa heran dengan respons Hyde yang tampak aneh.
“Tidak… eh, iya! Agak dingin, AC-nya…”
“Tapi kan di sini ngga dingin! Jadi buka dong jaketnya!” Ken menjulurkan tangannya hendak menarik jaket Hyde. Buru2 Hyde lari menghindar, sok sibuk mencari2 buku lagunya. Ketemu! Huff…
“Ken, rasanya ada beberapa not yang perlu disesuaikan, nih…” Hyde mengalihkan pembicaraan sambil menunjukkan coret2 not balok di bukunya.
“Rasanya masalah jaket tadi belum selesai, deh…” Ken masih bersikeras.
“Ken…” Tetsu menatap Ken dengan tatapan khas leader-nya. “Kayanya itu ngga penting deh sekarang…”
Ken menggaruk2 belakang kepalanya. “Ehehe! Iya, ya? Ya sudah, ayo kita selesaikan aransemen lagu baru itu sekarang…”
Hyde melempar tatapan terima kasih pada Tetsu, yang disambut evil grin Tetsu, mengisyaratkan “kamu TETAP harus menceritakannya, Haido-chan”.
Yukkie yang baru datang, heran melihat suasana latihan yang tiba2 menjadi serius sekali. Tak ada tawa menggelegar Ken, celotehan Hyde, ataupun raungan suara mobil remote control milik Tetsu.
“Hei, tumben kalian serius begini…” katanya sambil meletakkan kantung plastik berisi makanan kecil dan empat kaleng cola di lantai di pojok ruangan.
Ken menatapnya (sok) serius. “Kita ini profesional, Yukkie…”
Yukkie hanya mengangkat bahu.
Sepanjang latihan sore itu, Hyde merasa kepanasan setengah mati. Tetapi dia tidak berani membuka jaketnya, takut teman2nya melihat… yang seharusnya tak mereka lihat.
“Hiya!” di tengah lagu Stay Away yang sedang dinyanyikan Hyde, Ken berhasil menarik jaket Hyde sampai terbuka. Rupanya Ken memang sudah menunggu saat itu, karena ia tahu setiap menyanyikan Stay Away, Hyde bakalan ‘larut’ dengan goyangannya ^^, and that means, kewaspadaannya akan turun.
Ketiga anggota Laruku -terutama Ken yang berada tepat di belakang Hyde- terkejut melihat ’sesuatu’ di balik jaket yang dari tadi disembunyikan Hyde mati2an. Sementara itu Hyde hanya bisa pasrah sambil menyumpah2 dalam hati. Bekas2 merah di sekitar lehernya itu pasti terlihat jelas… >_<
“Ha! Kamu pulang ke rumah dulu ya?” Ken menatapnya dengan cengiran hentainya. Sementara Tetsu nyengir jail dengan muka memerah, dan Yukkie bersiul panjang.
“Pulang ke rumah? Naaanda?” Hyde membantah -yang dengan segera disesalinya.
Ken mendekat. “Hoo, jadi bukan ‘ulah’nya Megumi ya…?
‘Sial! Kenapa ngga aku ‘iya’-kan aja tadi!’ Hyde merutuk. Tapi memang ia tak pernah bisa merahasiakan apapun dari mereka. Belasan tahun mereka bersama, dengan suka-duka yang mereka lalui, telah menciptakan suatu persahabatan yang kuat di antara mereka. Tak ada yang bisa dirahasiakan dari mereka.
Tetsu yang dari tadi diam saja, ikut bertanya sambil tertawa kecil. “Ayo dong cerita, Haido-chan…”
Hyde mundur selangkah, mengangkat tangan seolah menyerah. “OK… tadi habis dari R&R, aku makan siang… dengan Gackt.”
Ken menarik Hyde mendekat, melingkarkan kedua lengannya di sekeliling bahu Hyde, dan menatapnya genit. “Aaa… jadi, makan siang bisa meninggalkan bekas2 merah seperti ini ya?”
Hyde melepaskan diri. “Please, deh, Ken…” erangnya.
“Hihi…” Tetsu tertawa sambil membereskan bass dan peralatannya. Kalau sudah begini, meneruskan latihan pun percuma, karena pasti mereka sudah ngga konsen. “Hati2 sama pers loh, Haido-chan… Mereka suka banget ama kejadian2 seperti itu. Jangan sampai ada skandal” Tetsu berpesan.
“Siap, kapten!” Hyde memberi hormat pada Tetsu, lalu meraih tasnya dan buru2 kabur sebelum Ken mengejarnya.
Malam itu Hyde tidak dapat memejamkan mata. Pikirannya terus melayang ke saat itu, beberapa jam yang lalu, saat ia dan Gackt…
——————————————————————————–
“Ohayou gozaimasu, Hyde-san…” sapaan itu terdengar dari reporter R&R ketika ia memasuki kantor redaksi. Hyde membalas dengan ramah.
“Ohayou, Haido-chan… hisashiburi desune…” sesosok tubuh tinggi semampai menyapa Hyde. Ia tidak melihatnya tadi karena sosok itu sedang berdiri menghadap jendela, mengamati jalan di bawahnya. Rambut orange-nya berkilau tertimpa sinar matahari pagi.
“Ah, Gacchan…” Hyde tersenyum, menghampiri sosok itu dan menjabat tangannya. Tanpa ragu, Gackt menarik tubuh mungil Hyde ke dalam pelukannya. Sang wanita reporter hanya menatap mereka dengan wajah merah. Ia memang sering mendengar bahwa Gackt tidak pernah menutup2i kedekatannya dengan seseorang, tapi public affection seperti ini sih…
Hyde melepaskan diri dengan jengah, malu pada sang reporter. Ia sama sekali tidak tahu kalau jadwal wawancaranya bersamaan dengan Gackt. Hyde segera duduk di kursi di hadapan wanita itu, dan tanpa diminta, Gackt duduk di sebelahnya, terus menerus merangkulnya.
“Aku tadi sudah wawancara. Lalu iseng2 aku tanya Natsumi-san, hari ini siapa lagi yang akan diwawancara. Lalu ia menyebut namamu” Gackt menjelaskan tanpa Hyde minta.
“Oh…”
“Boleh kan kalau aku temani kamu? Kebetulan aku lagi senggang…” Gackt menyambung.
“Boleh aja…” Sejak tadi, jawaban Hyde hanya pendek2. Sebenarnya ia masih setengah tak percaya bertemu Gackt di situ. Sudah lama sekali mereka tak bertemu. Hyde bahkan tak sempat datang saat Gackt mengadakan konser, karena jadwal mereka bentrok.
Wawancara itu berlangsung tanpa hambatan. Wanita itu hanya menanyakan sejauh mana persiapan Laruku untuk album baru mereka yang pertama, setelah vakum 2 tahun. Selain itu ia juga menanyakan perkembangan album solonya yang akan dirilis akhir tahun ini. Sejauh ini Hyde merasa lega karena si reporter tidak membahas kedekatannya -yang lebih dari biasa– dengan Gackt.
Jam menunjukkan pukul 10.30 pagi ketika wawancara itu berakhir. Hyde berjalan keluar, diiringi Gackt.
“Hei, kamu mau kemana, Haido-chan?” tanya Gackt sambil menjejeri langkah Hyde. That little vocalist memang cepat sekali kalau berjalan.
Hyde menoleh. “Sebenarnya ngga kemana2 sih… Latihan Laruku baru dimulai jam 1 nanti. Jadi… mungkin sekarang aku mau jalan2 lalu makan siang…”
“Oh, kebetulan aku juga lagi senggang. Kalau gitu ayo kita jalan bareng. Sudah lama sekali kita ngga hang out bareng kan…” kata Gackt sambil mengedip.
Hyde tersenyum. “OK.”
Mereka pun turun dari lantai 3 kantor majalah itu dan menaiki mobil Hyde menuju Roppongi, kawasan elite dimana para artis biasa hang out. Bukan apa2, kalau mereka makan di tempat biasa, pastilah banyak fans yang mengenali. Dua pujaan cewek2 makan bersama, pasti bakalan menimbulkan histeria. Bisa2 mereka “habis” duluan sebelum sempat menyentuh makanan ^^
Sepanjang perjalanan, Hyde merasa agak risih dengan perlakuan Gackt padanya. Gackt tak henti2nya menyentuh pipi Hyde atau dagunya, mengelusnya, dan menatapnya dengan tatapan yang… uh, cewek2 pasti nggak kuat ngeliatnya deh…^O^ Sebenarnya Hyde sudah agak terbiasa dengan sifat ekspresif Gackt yang hanya ditunjukkan padanya. Namun hari ini Gackt terlihat beda dari biasanya…
~*~*~
“Hai, douzo…~” ucap Gackt riang sambil membukakan pintu mobil untuk Hyde. Mereka berdua telah mengenakan kacamata hitam agar tidak dikenali. Kemudian mereka naik ke lantai 4, tempat restoran favorit Gackt berada. Gackt berkata bahwa hari ini dia yang menraktir Hyde. Hyde menjadi bingung dan bertanya2 dalam hati, ada peristiwa apa sampai2 Gackt memesan begitu banyak makanan, wine, dan… apa pula maksud buket bunga mawar di meja mereka yang tadi diberikan oleh sang pemilik bistro? Susah payah Hyde berpikir, tapi otaknya buntu. Dan Gackt pun terlihat enggan memberitahunya.
Mereka makan siang sambil menikmati pemandangan kota Tokyo di luar jendela. Siang2 minum wine… memang hanya Gackt yang bisa berpikir seaneh ini! pikir Hyde. Ia merasa agak pusing karena tidak biasa minum. Kemudian ia beranjak ke toilet -dengan perasaan heran-karena Gackt mengikutinya. ‘Hei, aku cuma mau cuci muka, Gackt!’ seru Hyde dalam hati, heran karena hari ini kelakuan Gackt beda dari biasanya. Tampak aneh…
Hyde sedang membasuh wajahnya saat ia melihat Gackt melalui cermin di depannya. Gackt berdiri dengan tangan kiri bersandar pada pintu, wajahnya berseri2. Saat ia sadar bahwa Hyde melihatnya melalui cermin, Gackt membalas tatapannya dengan senyum yang amat sangat menggoda. Kemudian tiba2 saja ia menutup pintu dan mengaitkan kuncinya. Hyde hanya bisa menatap heran dari cermin ketika Gackt menghampirinya, memeluknya dari belakang, dan membenamkan wajah di leher belakang Hyde.
“Umh… kamu wangi sekali, Hy-chan…” bisik Gackt. Kedua tangannya melingkar memeluk pinggang ramping Hyde, yang dengan canggung masih berdiri dan menatap cermin, melihat apa yang Gackt lakukan padanya.
“A… ano… Gacchan…” Hyde berkata gugup.
“Hmm?” jawab Gackt yang masih memeluknya.
“Hari ini kamu aneh deh…”
Gackt masih terlihat cuek. “Ini hukuman buat kamu…”
“Nani? Hukuman?” Hyde heran.
Tiba2 Gackt membalikkan tubuh Hyde menghadapnya, then kissed him repeatedly, with all the passion he has.
“Hukuman… karena kamu ngga ingat… ultahku…” ucap Gackt susah payah diantara ciumannya.
Hyde melepaskan diri dengan kaget, lalu menepuk dahinya. “Oh iya! How can I forget…?”
Gackt hanya tersenyum gemas melihat ekspresi kaget-nya Hyde yang amat sangat kawaii…
“Hontouni gomennasai, Gacchan! Kamu pasti kecewa…” Hyde menyentuh lengan kiri Gackt, merasa tidak enak karena melupakan hal penting. Ultah Gackt! Ya ampun… kenapa ia bisa lupa? Ia terlalu sibuk dengan Shibuya Seven Days Live-nya -yang diadakan akhir Juni sampai awal Juli-sampai2 ia lupa ultah Gackt yang jatuh tanggal 4 Juli ini.
Gackt hanya tersenyum. “Daijyoubu desune… Aku ngerti kok kalo kamu sibuk banget. Yang penting sekarang aku mau kado…” Tiba2 Gackt merajuk seperti anak kecil.
“Kado? Aku ngga bawa…”
Gackt mendekat, mendesaknya sampai pinggangnya menempel pada meja keramik tempat wastafel.
“Just gimme yourself…” bisik Gackt di telinga Hyde sambil memeluknya. Then Gackt kissed him, with more hunger than the kiss before. His lips, his cheeks, down to his neck… Hyde sampai harus menggunakan meja keramik itu untuk bersandar… Sosok mereka pun lama2 menghilang dari pantulan cermin…
~*~*~
Entah berapa lama kemudian, their long deep kiss ended… Hyde bangun dari lantai, merapikan rambutnya yang acak2an, mengancingkan kemejanya yang kusut, dan membenarkan celana panjang kulitnya yang kancingnya juga terbuka. Wajahnya masih menunjukkan sedikit kekagetan. Sementara itu Gackt merapikan rambut dan pakaiannya sambil tersenyum2.
“That’s for making me sad in my birthday!” Gackt menjulurkan lidah dan mengedipkan matanya pada Hyde.
Hyde cemberut. “Aku kan udah minta maaf…” tetapi kemudian ia tersenyum, manis sekali. “Tanjyoubi omedetto, Gacchan…” dan langsung berjinjit, meraih kepala Gackt dengan kedua tangannya, dan menciumnya…
——————————————————————————–
Huah!
Hyde masih terbayang2 dengan kejadian kemarin. Semalaman ia tak bisa tidur memikirkannya. Am I normal? pikirnya berulang2. ‘Kenapa aku merasa senang saat bersamanya? Kenapa aku selalu memikirkannya? Kenapa aku membiarkan semua perlakuannya? Dan yang paling penting, kenapa aku merasa senang dengan perlakuannya itu?’
Argh… Hyde merasa pusing sendiri. Selama ini ia selalu menganggap Gackt sebagai bestfriend-nya, not more… Walaupun Gackt sering sekali memperlihatkan public affection terhadapnya… yang dibalasnya dengan jail pula, ia tidak pernah menganggapnya lebih… Hyde juga senang karena istrinya tidak mempermasalahkan kedekatan mereka. That’s fine… tetapi… kenapa sekarang semuanya terasa berbeda?
Huff…
Lelah berpikir, Hyde bangun dari ranjangnya. Jam 6.30… masih pagi. Ia mengambil koran yang diselipkan di bawah pintu apartemennya, membolak-balik halaman2nya… dan terkejut.
Di section selebritis, terpampang fotonya dan Gackt… di toilet restoran Italia kemarin. Di foto itu yang terlihat hanya belakang kepala Gackt dan dua lengan yang memeluknya. Sosok Hyde hampir tak dapat dikenali, bisa saja itu orang lain… tetapi… tulisan di bawahnya tak bisa menipu orang2…
TWO ROCK STARS MAKING A
SCANDAL:
HYDE & GACKT GOT A DATE!
‘*! Pasti ada wartawan yang menguntit kemarin…’ Hyde merutuk. Ia bertanya2 apakah Gackt sudah melihat koran hari ini. Cengiran ngeri muncul di wajahnya,membayangkan reaksi istrinya, reaksi Tetsu, Yukkie, dan terutama Ken, saat mereka melihat artikel itu. Rasanya ia ingin menghilang ke dalam bumi…
sumber D`m0n_KeYs
0 komentar:
Post a Comment
COMENT PLEASE HERE ...